Apa yang ada di benakmu ketika mendengar kata “Melihat?”
Yang digambarkan adalah sebuah pemandangan, sebuah aktivitas dari mata kita yang akhirnya bisa sampai pada penglihatan kita
Lalu aku melihat jauh beberapa bulan terakhir
Benarkah penglihatan mata adalah utama?
Setelah beberapa bulan berjalan, ketika minus dan kebutuhan akan “mata bantuan” menjadi bertambah, saya lebih suka untuk tidak menggunakan kacamata. Karena, saya percaya melihat dengan mata tak berarti kita dapat mengenal siapa sosok yang ada di depan kita.
Kita butuh melihat, tapi apakah yang kita butuhkan hanya mata?
Beberapa tahun silam, saya pernah diberikan sebuah video mengenai seorang anak kecil yang buta, namun menjadi seorang hafidz, seorang yang hebat untuk kacamata saya, matanya buta iya, tapi hatinya tidak. Bahkan Allah telah memberikan kepekaan lebiih kedalam hatinya hingga ia selesai menuntaskan Al Qur’an *Karena jujur, untuk menghafal kondisi hati lebih penting daripada sekedar fisik.”
Beberapa bulan silam, saya bertemu dengan seorang yang memiliki mata yang tajam, tapi di hatinya penuh kesakitan, penuh penyerangan, penuh kebencian terhadap saudaranya. Pikirannya hanya diambil berdasarkan apa yang ia lihat secara personal, dan bagiku ia tak lebih dari seorang yang buta. Buta Mata hatinya
Lalu seiring dengan waktu, saya meneruskan perjalanan untuk semakin banyak belajar.
Ketika berjalan, seringkali saya senang ketika tidak memakai kacamata, karena saya bisa berjalan tanpa harus tahu siapa orang yang akan saya temui di ujung kelas, yang saya lakukan hanya cukup berjalan, tanpa perlu memandang jelas
Ketika berbicara, saya tak perlu harus tahu siapa “lawan bicara” saya dengan mendetail, saya cukup tahu “kalau gaya nya kayak gini, oiya si A,B,C,” kecuali ketika ia mengajak saya berbicara dalam jarak 1-2 kepalan tangan, setelahnya, saya cukup tahu kalau saya sedang berbicara dengan orang-orang yang mempunyai ilmu dan pengalaman yang lebih banyak dan dosa yang lebih sedikit daripada saya 🙂
Sempat kecewa, karena saya harus memandang lekat-lekat ketika berusaha menghafal atau menatap mata kuliah yang sedang diajarkan dosen setiap harinya (dan akhirnya harus memakai “mata bantuan”)
Namun, seiring berjalan waktu, saya semakin percaya bahwa Rencana Allah itu memang indah, disaat kelemahan pun Allah menyisipkan kelebihan yang mungkin belum bisa dilakukan oleh mereka yang memiliki mata “normal”
Ya dan Alhamdulillah, bagaimanapun kondisi saat ini, saya masih diberikan kesempatan untuk menikmati semua pemandangan yang ada
Ciputat, 30-10-2014
H-2 sebelum challenges of the month berakhir
H-2 sebelum BBM naik